Rabu, 11 Mei 2011

ku beruntung sempat memilikimu

Mengapa kita bertemu
bila akhirnya dipisahkan
mengapa kita berjumpa
tapi akhirnya dijauhkan
kau bilang hatimu aku
nyatanya bukan untuk aku bintang dilangit nan indah
dimanakah cinta yang dulu
masihkah aku disana
di relung hati dan mimpimu
andaikan engkau disini
andai kau tetap denganku aku hancur ku terluka
namun engkaulah nafasku
kau cintaku meski aku
bukan dibenakmu lagi
dan kuberuntung sempat memilikimu bintang dilangit nan indah
dimanakah cinta yang dulu
masihkah aku disana
di relung hati dan mimpimu
andaikan engkau disini
andai kau tetap denganku aku hancur ku terluka
namun engkaulah nafasku
kau cintaku meski aku
bukan dibenakmu lagi
dan kuberuntung sempat memilikimu
Cinta Tumbuh Dimana Saja
Di malam yang dingin ini, suara air hujan masih terdengar di atas atap kamar ku. Lagu Yovie&Nuno yang kudengar lamat- lamat dari radio di kamarku, tiba-tiba saja mengingatkan aku pada dirinya.. Di balik selimut tebal, kilas balik itu mulai muncul dalam ingatan bawah sadar ku. Kisah kasih
yang harus kandas di awal-awal tahun
kami menempuh hidup baru. Tidak
pernah menyangka akan terjadi seperti
ini, setelah begitu banyak waktu kami habiskan untuk mengerti, mamahami dan
menyayangi. Enam tahun rasanya
bukanlah waktu yang sebentar untuk
saling menyatukan chemistry kami,
menjalani masa-masa pacaran yang indah. Desa Sukawening adalah awalnya, kami
dipertemukan oleh program KKN (kuliah
Kerja Nyata). Ada Sekitar 10 fakultas yang
berbeda dari tiap grup mahaiswa yg
disebar di wilayah sekitar Jawa Barat.
Selama 2 bulan lebih kami hidup didesa yang sepi, diselatan Bandung. Dari obrolan
dan aktivitas kami sehari-hari itu, mulai
munculah benih-benih cinta di hati ini.
Menjelang KKN berakhir, hatiku makin
resah karena rasanya sulit bagi kami
bersama lagi, mengingat aku di jatinangor dan dia di Bandung. Diakhir-akhir masa itu
perasaan kami rasanya sudah semakain
dekat. Teman-temanku yang lain sering
menyindir kami untuk saling
mengungkapkan saja perasan kami itu.
Ketika tiba saatnya KKN berakhir, kuantar dia ke tempat kos nya, dalam perjalanan
aku mencari akal bagaimana caranya aku
bisa bertemu lagi dengan dirinya. Sampai
di tempat kos nya aku putuskan untuk
menitipkan ransel ku dengan alasan terlalu
ribet untuk membawanya ke Jatinangor. Esok harinya, akupun kembali lagi
ketempat kosnya, di jalan caladi, dalam
perjalanan aku di hinggapi perasaan
gugup, apa yang harus aku katakan untuk
menyatakan perasaanku padanya. Jam 9
pagi akhirnya aku sampai di tempat kos nya, setelah mengobrol sebentar, dengan
sangat kaku dan sangat tidak romantis,
aku menyatakan perasaanku padanya.
Dalam hatinya mungkin ia tertawa melihat
kekakuan ku saat itu. Dia menatap ku
lama dan kemudian tersenyum dan hanya mengatakan, “beri aku waktu untuk memikirkannya, nanti tiba saatnya akan ku
katakana jawabannya’. Meskipun belum tentu diterima, rasanya sudah plong,
perasaan ini sudah lebih baik rasanya.
Satu minggu setelah itu aku kembali
bertemu dengannya setelah aku ke
kampus di Jl. Dipati ukur untuk membayar
SPP semester ini..Aku kembali mampir ke tempat kos nya, hanya sekedar untuk
main saja. Siang itu dia mengajak ku
makan siang di rumah makan sari bundo di
belakang kampus, dalam perjalanan ia
tiba-tiba mengatakan, “ nu, yang waktu itu kamu tanyakan……………ehmmm, tiba- tiba dia menjulurkan jari kelingkingnya, “ deal”, begitu katanya sambil tersenyum, aku pun menjulurkan jari kelingking ku,
sambil tertawa. Ada perasaan bahagia
yang membuncah saat itu, kenangan
makan siang yang indah, hari itu aku patri
dalam hatiku, 15 September 1994. Masa pacaran yang indah
Hari-hari berikutnya, mulailah kami
mencoba untuk saling memahami dan
meyatukan hati kami. Banyak sekali
perbedaan dalam cara pandang kami
terhadap sesuatu. Aku yang inferior, jarang sekali mau ikut dalam kegiatan-
kegiatan kampus atau senat, sebaliknya
dia adalah aktivis kampus dengan jadwal
kegiatan yang padat. Rapat senat, rapat
jurusan, kegiatan ini itu yang benar-benar
menghabiskan waktu. Aku pulang kuliah paling senang ya tidur siang, rasanya
malas ikut kegiatan senat yang aku pikir
ngak ada gunanya itu.
Begitu banyak perbedaan itu, tapi
perlahan-lahan kami saling memahami
karakter masing-masing, konflik-konflik kecil sering terjadi tapi kami selalu berhasil
melaluinya. Ditahun kedua kami sudah
benar-benar saling mengerti dan yakin
bahwa hubungan kami bukanlah cinta
sesaat seperti anggapan orang saat itu.
CinLok atau apalah namanya memang sering melekat pada orang-orang yang
dipertemukan dalam suatu lokasi kegiatan
tertentu seperti kami ini.. Tapi kami
membuktikan bahwa cinta memang telah
menyatukan kami berdua. Jarak bandung-
jatinangor yang cukup jauh membuat kami sering berkirim surat,karena tidak
cukup rasanya mengobrol hanya lewat
telepon umum saja. Surat belum sampai,
kadang kami sudah bertemu lagi. Pernah
suatu hari aku hampir tidak bisa pulang
karena kemalaman, sudah tidak ada lagi angkot. yang ke jatinangor, untunglah
aku bertemu temanku yang sedang piket
jaga, akupun akhirnya menginap di markas
Menwa. Dua tahun diakhir masa kuliah
akupun memutuskan untuk pindah kos ke
Bandung. Hari-hari indah kami lalui bersama,
menikmati suasana Bandung dengan cara
yang begitu indah. Makan ayam bakar di
monument perjuangan jawa barat,
menikmati lasagna dan Black pepper steak
di warung tenda belakang gedung sate. Nonton di studio 21, Bandung Indah
Plaza, makan soto ayam dan kue sus di
merdeka. Menikmati suasana banceuy,
dengan deretan pedagang makanan di
sore hari. Alun-alun bandung seperti tidak
ada habisnya kami jelajahi, makan di Hero lantai 3, kami selalu duduk di dekat
jendela,karena kami ingin menikmati
pemandangan alun-alun dari atas sini.
Menikmati gairah masa muda yang
menggebu-gebu, tidak membuat kami
lupa diri. Cinta yang begitu besar membuat aku selalu berusaha menjaga
hubungan kami menjadi sebuah
hubungan yang sehat, saling menjaga dan
membatasi diri, meskipun kadang sulit.
Ditengah begitu banyak kebebasan yang
kami dapat sebagai anak kost yang jauh dari orang tua,Alhamdulilah kami dapat
melalui itu semua. Tidak ada penghalang
dalam hubungan kami, kedua orang tua
saling merestui, kakak adik dan semua
keluargaku dan keluarganya mendukung
hubungan kami. Sampai disini hidupku terasa begitu sempurna. Akhir dari kebahagian
Setelah lebih dari 6 tahun menikmati
masa-masa indah berpacaran, akupun
mengajaknya menikah tapi selalu di
tolaknya. Ketika itu Dia sudah bekerja di
Bogor sedangkan aku bekerja di Cibinong, jarak yang dekat sebenarnya, tapi entah
mengapa rasanya dia mulai mengambil
jarak denganku. Kami sudah semakin
jarang bertemu, alarm bahaya dalam
hubunganku dengannya sebenarnya
sudah dimulai dari sini. Dalam lingkungan kerjanya mungkin banyak sekali orang-
orang yang jauh lebih segalanya dariku.
Lingkungan baru yang mungkin jauh lebih
menarik baginya. Hilang sudah tatapan
matanya yang penuh cinta, tapi aku tidak
mau menyerah kalah. Dengan segala kenekatan akhirnya aku lamar dia
langsung ke orang tuanya. Mereka semua
setuju, mengingat hubunganku
dengannya yang sudah cukup lama.
Dalam hatinya mungkin sekali dia sangat
tidak setuju dengan pernikahan ini. Pernikahan yang sejatinya adalah memulai
hidup baru dengan kebahagiaan menjadi
awal dari ketidakbahagiaan hubungan
kami. Aku serasa menikahi seorang wanita
yang tidak kukenal, begitu asing, tak ada
lagi tatapan cinta dimatanya, semua terasa hambar dihari-hari yang kulalui
setelahnya. Pernikahan yang mungkin
baginya adalah sebuah keterpaksaan,
maka cintakupun seperti betepuk sebelah
tangan. Di depan orang banyak , kami
layaknya pasangan yang sangat berbahagia, tapi dalam hatiku selalu
bertanya-tanya, mau dibawa kemana
biduk rumah tangga kami ini. Sejak awal
pernikahan, tampaknya dia memang
hanya ingin menikah untuk sementara
saja, sekedar membahagiakan orang- orang di lingkungan keluargaku dan
keluarganya.
Menjalani rutinitas yang benar-benar
membuatku tidak tahu lagi harus memulai
darimana untuk mengembalikan cintanya.
Hingga suatu saat dia mengatakan, “ aku sudah tidak mencintai mu lagi, ada
baiknya kita berpisah saja,” Aku kaget mendengarnya. What happen with you
honey, sudah hilangkah semua chemistry
yang kita bangun selama ini?, hatiku
sangat kalut dan sedih mendengarnya. Ku
memohon padanya untuk kembali
bersama, apapun caranya aku ingin mengembalikan rasa cinta itu, apapun
akan kulakukan. Dia bergeming,
perpisahan adalah jalan terbaik katanya
dengan mantap. Tak tahu aku apa jalan
pikirannya, yang jelas saat itu dengan
begitu tenang dan dingin ia mengatakan semua itu. Aku sudah tidak mengenali lagi
dirinya, siapa yang telah mencuci otaknya,
seakan ada orang lain dalam raga yang
telah ku kenal selama bertahun-tahun ini.
Selaksa doa ku panjatkan dalam doa-doa
tahajud ku, tangisan dan ratapanku diatas sajadah tak bisa menggoyahkan takdir
yang telah di gariskan Nya. Kami pun
berpisah, meninggalkan luka yang dalam di
hatiku. Mahligai rumah tangga kami harus
berakhir hanya seumur jagung. Mengapa
harus ada kata jatuh didepan kata cinta, apakah cinta erat kaitannya dengan rasa
sakit Mengapa harus ada kata mati di
belakang kata cinta, apakah cinta
memang harus selalu berakhir dengan
kesedihan. Sebuah ungkapan yang
kubaca di sebuah buku rasanya sangat pas menggambarkan kegelisahan dan
pertanyaan besar dalam hatiku akan
makna cinta yang kurasakan pada saat itu.
Cinta matiku padanya benar-benar telah
menorehkan kesedihan yang dalam
hingga saat ini. Biarlah waktu yang akan menghapus
semua duka itu, aku hanya ingin
mengenang saat-saat indah yang pernah
kita lalui bersama. Momen-momen penuh
kenangan yang tidak akan pernah aku
hapus dalam memoriku. Meskipun aku hancur dan terluka dan saat ini tidak ada
dibenakmu lagi. Mohon maaf atas segala
kekhilafan dan kealpaanku memberimu
kehidupan yang layak.Terima kasih banyak
ku ucapkan padamu yang pernah sudi
hadir dalam relung hatiku, atas segala perhatian,cinta, doa dan segala bentuk
pengorbanan. Semoga kamu bahagia saat
ini bersama keluargamu dan selalu dalam
lindungan Allah SWT. Seperti juga kata
Yovie & Nuno, dalam hatiku aku hanya
ingin bilang, “ Kuberuntung sempat memilikimuu……..”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar