Di sebuah Stasiun kereta api yg riuh sesak. Cahaya matahari pagi memantulkan kebahagiaan di sepanjang jendela gerbong kereta. Seribu wajah gelisah lalu lalang di sepanjang jalanan stasiun, semua bernasib serupa, ditinggalkan.
Para pemudik berjejal, berdesakan di antrian loket demi secarik tiket perpisahan. Dan sebagian yang lain berjejer duduk terengah menunggu jadwal keberangkatan.
Di ujung peron, satu hati sedang diuji pada sebuah kenyataan, yakni kehilangan. Kebersamaan yg telah ia jalin, harus rela utk dilepaskan.
Jadwal keberangkatan semakin dekat, seraya hendak berpamitan Wanita duduk di samping Pria "Sebentar lagi keberangkatanku tiba, aku sudah mendapatkan tempat dudukku, terima kasih kau telah mengantarkanku, dan terimakasih atas segala pertolonganmu. Maafkan aku, selama kita bersama aku tak pernah menceritakan tentang tunanganku yang menjemputku tadi" Mata wanita tak bisa tersenyum kala menyatakan itu, ia tak bermaksud melukai Pria.
Hati Pria bergemuruh, wanita yg ditemaninya beberapa hari ini ternyata baru ia ketahui sudah punya tunangan.
Ia mematung, wajahnya pias meminta sedikit belas kasih Tuhan "Kau berbuat kesalahan besar Wanita, kau berbuat kesalahan besar" sambil matanya memandang langit.
"Aku hanya pria sederhana, aku selalu bicara terus terang. Yang memahami hal secara sederhana." Ia kemudian memandang wajah Wanita. "Dalam perjalanan kesini tadi aku selalu berpikir takkan biarkan kau pergi. Kemudian mengatakan kepadamu aku sangat mencintaimu, dan jika kau juga menyukai aku, maka kita menikah. Maka hidup ini akan berlalu dengan ceria seperti yg kita lewatkan dalam beberapa hari ini. Namun, Tuhan ternyata punya cara lain, selama dalam perjalanan kesini memberi aku semangat. Tapi setibanya di sini, segalanya telah berubah." Matanya redup, dan sekali lagi ia berusaha tersenyum di hadapan Wanita, ia berusaha kuat.
Pria melanjutkan "Kau pasti berfikir kenapa aku mengatakan semua itu. Kumohon, jangan salah paham padaku. Aku tahu kau milik org lain. Dan tak ada hubungan di antara kita atau akan ada hubungan nantinya."
Hati wanita tersentuh mendengar semua itu, sudut matanya berair, badannya kaku, yang ada hanya rasa gemetar yg menjalari tubuhnya.
"Tapi kelak bila kau perlu bantuan sahabat, ingat aku, ingatlah di seberang sana ada kawanmu yg rela berkorban." Kata Pria tersenyum, sudut matanya berembun, suasana stasiun kemudian bisu beberapa saat.
Bel keberangkatan kereta pun berbunyi, tandanya untuk siap-siap pergi. Tiba-tiba tunangan Wanita datang memecah kebisuan. "Ayo, kita segera berangkat !" imbuhnya seraya matanya menatap tajam Wanita "Oh ya Tuan, terima kasih telah menyelamatkan hidupnya. Aku berhutang budi padamu. Bagaimana aku membalas budimu?" katanya datar kepada Pria yang ada di seberangnya.
"Bahagiakan Wanita, budiku akan terbalas" sambil mata Pria tak bisa lepas menatap wajah wanita yg menunduk, ingin sekali rasanya ia mengangkat dagu yang lancip itu.
"Hati-hati tuan, aku ada kesan kau jatuh cinta pada kekasihku" Senyumnya menyeringai, memercik sedikit emosi.
"Aku tak tahu arti cinta. Tapi aku berdoa untuk Wanita dari lubuk hatiku. Jangan sampai dia sesekali lagi mengucurkan air mata. Dia harus selalu bahagia. Bila kau anggap aku mencintai dia. Anggaplah itu cinta" Wajah pria tak pernah lepas menatap wajah wanita yang punyai pipi buncit itu.
"Kau dari tadi berbicara tentang calon istriku di hadapanku. Aku tak mengerti, Apakah itu sebuah hinaan atau berupa pujian?" katanya lagi datar namun penuh emosi.
"Sebaiknya, kau jgn menganggap yg bukan-bukan. Karena sebenarnya aku tak ada hubungan dengannya. Kau segalanya bagi dia" Mata Pria nanar, dua tangannya merogoh dalam saku jaket.
Bel keberangkatan kembali berbunyi, tandanya tak lama lagi perpisahan akan terjadi. "Selamat tinggal, ayo kita pergi !" katanya sambil menarik tangan Wanita.
Wanita pun tanpa pamit meninggalkan Pria di hadapannya, ia berlalu begitu saja di hadapannya sambil membawa hati yang terisak di sepanjang jalan. Jujur hatinya sebenarnya terpaut di sini, namun karena kebingungannya mengambil sikap ia tak tahu harus berbuat apa?
Pria pun demikian, tatapnya tak pernah lepas membuntuti punggung wanita, ia hanya bisa mengantar dengan pandangannya, hingga Wanita pun lenyap dari balik wajah-wajah gelisah.
Dan Pria pun kemudian menjauh pergi dengan berusaha menyimpan kenangan indah saat hatinya bersama Wanita. Dua hati ini mungkin sedang diuji. Walau harapan bersatu masih dibenak.
Kereta impian berhenti untuk sesaat lalu bergerak kembali, entah kau dan aku akan pergi kemana? Kisah hati ini hanya untuk sesaat, lalu kau dan aku berpisah.
Sebenarnya itu dirimu atau sinar terang mentari, ini adalah kau atau kuncup yg tersenyum. Sebenarnya itu dirimu atau musim semi impian, dengan kedatanganmu, awan kebahagiaan telah menyebar.
Ini adalah dirimu atau bunga yg berkembang, ini adalah kau atau aku mendapat dunia kebahagiaanku.
Kereta impian berhenti utk sesaat lalu bergerak kembali, entah kau dan aku akan pergi kemana? Kisah hati ini hanya utk sesaat, lalu kau dan aku berpisah
Tak sengaja Pria teringat di saku jaketnya ada sesuatu yg tertinggal dari Wanita yg harus dikembalikannya. Dan benar, di sakunya ada sesuatu. Ia pun berbalik dan berusaha sekuat tenaga mengejar kereta yg sudah berjalan ".........."
Di dalam gerbong kereta, seorang Wanita masih bimbang, hatinya bertanya inikah cinta yg selama ini dinantinya?? Apakah ia harus kembali menjemput musim semi yg mengindahkan hati "............"
Para pemudik berjejal, berdesakan di antrian loket demi secarik tiket perpisahan. Dan sebagian yang lain berjejer duduk terengah menunggu jadwal keberangkatan.
Di ujung peron, satu hati sedang diuji pada sebuah kenyataan, yakni kehilangan. Kebersamaan yg telah ia jalin, harus rela utk dilepaskan.
Jadwal keberangkatan semakin dekat, seraya hendak berpamitan Wanita duduk di samping Pria "Sebentar lagi keberangkatanku tiba, aku sudah mendapatkan tempat dudukku, terima kasih kau telah mengantarkanku, dan terimakasih atas segala pertolonganmu. Maafkan aku, selama kita bersama aku tak pernah menceritakan tentang tunanganku yang menjemputku tadi" Mata wanita tak bisa tersenyum kala menyatakan itu, ia tak bermaksud melukai Pria.
Hati Pria bergemuruh, wanita yg ditemaninya beberapa hari ini ternyata baru ia ketahui sudah punya tunangan.
Ia mematung, wajahnya pias meminta sedikit belas kasih Tuhan "Kau berbuat kesalahan besar Wanita, kau berbuat kesalahan besar" sambil matanya memandang langit.
"Aku hanya pria sederhana, aku selalu bicara terus terang. Yang memahami hal secara sederhana." Ia kemudian memandang wajah Wanita. "Dalam perjalanan kesini tadi aku selalu berpikir takkan biarkan kau pergi. Kemudian mengatakan kepadamu aku sangat mencintaimu, dan jika kau juga menyukai aku, maka kita menikah. Maka hidup ini akan berlalu dengan ceria seperti yg kita lewatkan dalam beberapa hari ini. Namun, Tuhan ternyata punya cara lain, selama dalam perjalanan kesini memberi aku semangat. Tapi setibanya di sini, segalanya telah berubah." Matanya redup, dan sekali lagi ia berusaha tersenyum di hadapan Wanita, ia berusaha kuat.
Pria melanjutkan "Kau pasti berfikir kenapa aku mengatakan semua itu. Kumohon, jangan salah paham padaku. Aku tahu kau milik org lain. Dan tak ada hubungan di antara kita atau akan ada hubungan nantinya."
Hati wanita tersentuh mendengar semua itu, sudut matanya berair, badannya kaku, yang ada hanya rasa gemetar yg menjalari tubuhnya.
"Tapi kelak bila kau perlu bantuan sahabat, ingat aku, ingatlah di seberang sana ada kawanmu yg rela berkorban." Kata Pria tersenyum, sudut matanya berembun, suasana stasiun kemudian bisu beberapa saat.
Bel keberangkatan kereta pun berbunyi, tandanya untuk siap-siap pergi. Tiba-tiba tunangan Wanita datang memecah kebisuan. "Ayo, kita segera berangkat !" imbuhnya seraya matanya menatap tajam Wanita "Oh ya Tuan, terima kasih telah menyelamatkan hidupnya. Aku berhutang budi padamu. Bagaimana aku membalas budimu?" katanya datar kepada Pria yang ada di seberangnya.
"Bahagiakan Wanita, budiku akan terbalas" sambil mata Pria tak bisa lepas menatap wajah wanita yg menunduk, ingin sekali rasanya ia mengangkat dagu yang lancip itu.
"Hati-hati tuan, aku ada kesan kau jatuh cinta pada kekasihku" Senyumnya menyeringai, memercik sedikit emosi.
"Aku tak tahu arti cinta. Tapi aku berdoa untuk Wanita dari lubuk hatiku. Jangan sampai dia sesekali lagi mengucurkan air mata. Dia harus selalu bahagia. Bila kau anggap aku mencintai dia. Anggaplah itu cinta" Wajah pria tak pernah lepas menatap wajah wanita yang punyai pipi buncit itu.
"Kau dari tadi berbicara tentang calon istriku di hadapanku. Aku tak mengerti, Apakah itu sebuah hinaan atau berupa pujian?" katanya lagi datar namun penuh emosi.
"Sebaiknya, kau jgn menganggap yg bukan-bukan. Karena sebenarnya aku tak ada hubungan dengannya. Kau segalanya bagi dia" Mata Pria nanar, dua tangannya merogoh dalam saku jaket.
Bel keberangkatan kembali berbunyi, tandanya tak lama lagi perpisahan akan terjadi. "Selamat tinggal, ayo kita pergi !" katanya sambil menarik tangan Wanita.
Wanita pun tanpa pamit meninggalkan Pria di hadapannya, ia berlalu begitu saja di hadapannya sambil membawa hati yang terisak di sepanjang jalan. Jujur hatinya sebenarnya terpaut di sini, namun karena kebingungannya mengambil sikap ia tak tahu harus berbuat apa?
Pria pun demikian, tatapnya tak pernah lepas membuntuti punggung wanita, ia hanya bisa mengantar dengan pandangannya, hingga Wanita pun lenyap dari balik wajah-wajah gelisah.
Dan Pria pun kemudian menjauh pergi dengan berusaha menyimpan kenangan indah saat hatinya bersama Wanita. Dua hati ini mungkin sedang diuji. Walau harapan bersatu masih dibenak.
Kereta impian berhenti untuk sesaat lalu bergerak kembali, entah kau dan aku akan pergi kemana? Kisah hati ini hanya untuk sesaat, lalu kau dan aku berpisah.
Sebenarnya itu dirimu atau sinar terang mentari, ini adalah kau atau kuncup yg tersenyum. Sebenarnya itu dirimu atau musim semi impian, dengan kedatanganmu, awan kebahagiaan telah menyebar.
Ini adalah dirimu atau bunga yg berkembang, ini adalah kau atau aku mendapat dunia kebahagiaanku.
Kereta impian berhenti utk sesaat lalu bergerak kembali, entah kau dan aku akan pergi kemana? Kisah hati ini hanya utk sesaat, lalu kau dan aku berpisah
Tak sengaja Pria teringat di saku jaketnya ada sesuatu yg tertinggal dari Wanita yg harus dikembalikannya. Dan benar, di sakunya ada sesuatu. Ia pun berbalik dan berusaha sekuat tenaga mengejar kereta yg sudah berjalan ".........."
Di dalam gerbong kereta, seorang Wanita masih bimbang, hatinya bertanya inikah cinta yg selama ini dinantinya?? Apakah ia harus kembali menjemput musim semi yg mengindahkan hati "............"